Saturday, May 27, 2017

Review: Sebuah Karya Kritik Sosial Karya Najib Ahmad Bamadhaj





Jogja Art Festival atau ART|JOG|10 dibuka pada 19 Mei 2017 telah mengangkat tema ‘Changing Perspective'. ART|JOG|10 tidak hanya memayungi perkembangan seni rupa, tapi juga menjadi festival untuk merayakan keberagaman media seni serta pelaku kreatif. Terdapat seni film, seni pertunjukan, seni tari dan pelbagai lagi diangkat dalam ART|JOG|10 di Yokyakarta, Indonesia.

Pada pandangan saya, ‘Changing Perspective' diangkat bertujuan untuk mengubah sudut pandang individu saat ini. Mengangkat tema pandangan Barat (iaitu ejaan bahasa inggris) yang melakukan pendekatan sains dan teknologi agar dapat mewakili pengetahuan masyarakat modern yang berada di Timur. Paradoks dua perspektif itulah yang coba direspon oleh para seniman ARTJOG, melalui pendekatan – pendekatan tersebut termasuk kemajuan teknologi (berdasarkan hasil karya-karya yang dipamerkan) . Dalam banyak karya kreatif yang di pamerkan di ART|JOG|10 ini, saya tertarik dengan hasil karya Najib Ahmad Bamadhaj yang bertajukHairy Ears' yang di pamerkan di lantai 2 galeri.


'Hairy Ears' oleh Najib Ahmad Bamadhaj



Karya 'Hairy Ears' ini adalah representasi visual dari ungkapan bahasa Melayu, yang diterjemahkan harfiah dari bahasa Inggeris berarti 'telinga berbulu'. Penjelasan paling baik dari ungkapan ini adalah perasaan kesal akan sesuatu atau seseorang. Definisi lainnya adalah kemuakan terhadap semua kebohongan yang diceritakan. Kalian pasti pernah mendengar orang melontarkan ayat sebegini: 'bebulu betul lah aku dengan dia ni..". Sebenarnya ini adalah gabungan idiom (ungkapan) gabungan antara telinga dan bulu. Seniman menggunakan cable ties pada bingkai besi untuk menggambarkan sepasang telinga.

Saya cuba menggunakan pendekatan logikal untuk merespon karya ini. Pendekatan ini mungkin dianggap tradisional tetapi ianya akan dirungkai secara logik dan intelektual. Saya tidak menggunakan pendekatan psikologi mahupun sejarah kerana kedua-dua kaedah ini mengambil masa untuk mendekati karya seni diatas.Dengan menggunakan kaedah logik, maka ianya akan sekaligus mengaitkan dengan maklumat, pemerhatian dan penghasilan produk karya.

Seniman berusaha untuk mengungkapkan ketidaksenangan dan ketidakpuasannya terhadap politikus lokal yang tidak dapat dipercaya, yang tidak dapat membantu orang-orang dahulu yang memilih mereka. Karya ini boleh dianggap sebuah bentuk kritik terhadap ahli politik yang tidak jujur dan berusaha sehabis mungkin untuk mengabaikan rakyatnya. Untuk menutupi kesalahan, mereka memanipulasi rakyatnya dengan jawaban yang sama sekali tidak terkait dan tidak relevan untuk persoalan-persoalan bangsa. Pada akhirnya rakyat hanya inginkan kebenaran. Maka dengan itu, ungkapan telinga berbulu adalah ungkapan seniman terhadap skenario politik lokal.

Anda pasti berbulu dengan jawapan menteri-menteri yang dipilih oleh rakyat bila mana mereka mengeluarkan kenyataan seperti ini: " Kalau ayam mahal, jangan makan ayam' atau 'kalau tol naik harga, jangan guna tol'. Berbulu bukan? Ini lah yang cuba saya rungkai dan analisa berdasarkan karya ini. Ini adalah pandangan peribadi saya memandangkan karya ini hanya meletakan judul Telinga Berbulu dan saya rasa inilah kritikan sosial buat sesetengah jemaah menteri kita.



Analisis Formal
Pada karya ini background atau latarnya merupakan logam besi. Selain unsur logam, pada karya seni ini juga terdapat unsur garis dan tekstur. Terkstur pada karya ini adalah tekstur dimana seniman menggunakan cable ties dan visualnya tampak serta timbul, yakni tekstur kasar/tak rata pada background dan tektur halus pada subject matter. Dan mungkin dengan penghasilan karya ini seniman bakal dilontarkan ke dalam jeriji besi seperti aktivis dan kartunis sebelumnya.

Interpretasi
Dalam karya ini seniman berusaha menampilkan rasa ‘berbulunya’ pada pemerintah. Seperti yang saya nyatakan diatas, berbulu disini bermaksud telinga mereka sudah capek/penat mendengar alasan serta omongan pemerintah. Background pada karya yang bergaris-garis seperti penjara bermaksud seniman cuba keluar dari ‘penjara’ atau lingkungan normal dengan menghasilkan karya ini. Ini adalah cara beliau berekspresi dan tidak mahu terkurung didalam sistem pemerintahan. Walaupun pelbagai halangan (garis-garis logam), dendam yang selama ini tersimpan telah melimpah keluar (bulu-bulu dari telinga) yang dapat dilihat pada karya ini. 

Penilaian
Karya Najib Ahmad yang berjudul “Telinga Berbulu” menggambarkan suasana kejelikan dan maknanya dapat ditangkap oleh orang yang melihatnya. Karya ini juga mampu menyampaikan pesan yang ingin diungkapkan oleh seniman kepada penonton atau publik. Selain itu karya ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan seniman lain yaitu menggabungkan idea instalasi yang dari jauh ia kelihatan seperti sebuah lukisan, tetapi bila didekati, nyata karya ini timbul. Falsafahnya di sini adalah, seperti beberapa orang pemimpin, dari jauh ia kelihatan baik di media-media masa, tetapi bila di dekati ianya tidak seindah seperti yang dikabarkan media. Tidak semua pemimpin begitu, oleh sebab itu seniman ini memilih warna hitam dan putih. 


Penilaian sebuah karya seni bukan berbicara tentang baik atau buruk, salah atau benar melainkan tentang pemaknaan tersebut meyakinkan atau tidak. Karya seni dapat dinilai dengan berbagai kriteria dan aspek, Bill Barret (seorang seniman seni rupa dari Amarika) menyederhanakan penilaian karya seni ke dalam 4 kategori iaitu realisme, ekspresionisme, formalism, dan instrumentalisme. Jadi terserah kepada kita untuk menilai karya iani berada di takok yang mana. Secara keseluruhan karya ini dapat dibilang sebagai karya yang luar biasa dan banyak penggemar serta menjadi salah satu karya yang paling unik di Art Jog 10 pada pandangan peribadi saya.

p/s: Oh ya, Najib Ahmad Bamadhaj merupakan seniman dari Malaysia, dan saya merasakan hujah serta pandangan saya sejajar dengan maksud yang beliau mahu ungkapkan.Tetapi beliau mungkin lebih halus. Saya memilih pendekatan secara logik kerana apa?Jika difikirkan secara logik, seniman yang berasal dari Malaysia ini berbulu telingnya pada siapa? Sudah tentu dengan kenyataan-kenyataan yang dikeluarkan oleh menteri-menteri dari Negara kita seperti yang saya nyatakan diatas. Saya cuba membuat analisa yang terpeinci terhadap karya ini memandangkan seniman ini berasal dari Malaysia, dan menariknya situasi politik di Malaysia pada masa ini amat tenat. Sekarang, kalian berbulu ke tidak?

Naque Ariffin,
Yokyakarta (Jogja),
25/5/2017.